0 items / $0.00
laquerlicious

Tiga Amalan Langit Sebagai Pelindung Balak di Bumi

Tiga Amalan Langit Sebagai Pelindung Balak di Bumi

Jangan kendur virus korona masih tersedia dan belum berkenan mundur. Masyarakat dan pemerintah mesti selalu waspada karena tiap-tiap kala korona bisa merenggut nyawa. Slogan Mengenakan masker, menjaga jarak bicara, rajin mencuci tangan, menjauhkan kerumunan dan kurangi mobilitas mesti selalu dipatuhi penduduk maka jangan bandel. Sifat sembarangan dan abai protokol kesehatan akan merugikan diri sendiri karena korona betul-betul ada.

Prokes itu adalah ikhtiar kita bersama yang realitas sehingga kita tidak terpapar korona. Tapi sebagai orang beriman mesti yakin dan yakin bahwa tidak tersedia ujian atau balak sekali pun yang didalamnya tersembunyi hikmah. Kita dipaksa beradaptasi bersama peradaban baru. Dalam keadaan susah merangsang pikir manusia untuk bertahan dan kreatif melacak solusi bersama inovasi era kini untuk menanggulangi masalah sulit.
Yang pasti korona ini mesti membawa dampak kita makin bertakwa bersama bersungguh-sungguh menjaga ibadah dan menjauhkan larangan Tuhan. Banyak kala longgar di kala pandemi ini mesti diisi bersama amalan yang diridloi. Hikmah korona itu salah satunya makin mendekatkan diri bersama Tuhan lewat ikhtiar amalan https://sedekahlagi.com/ .

Inilah sifat keseimbangan atau tawadzun yang mesti dijaga didalam diri tiap-tiap orang beriman. Menjaga keseimbangan pada menjaga protokol kesehatan adalah ikhtiar bumi. Maka perihal itu mesti dilengkapi bersama amal ibadah yang syarí sebagai ikhtiar langit. Ketika salah satu ikhtiar ini ditinggalkan, maka yang muncul adalah ketimpangan dan jauh berasal dari keberkahan.

Baca Juga:  Tata Kelola Kearsipan 26 OPD di Klaten Diaudit
Ada tiga ihtiar langit sebagai amalan sehingga umat ini terhindar berasal dari marabahaya dan bencana, juga terhindar berasal dari covid 19.
Pertama adalah memperbanyak istighfar atau memohon ampunan. Istighfar amalan lisan bersama maksud memohon ampunan atas dosa dan khilaf hidup manusia kepada Allah SWT. Kesulitan hidup, musibah atau bencana tidak saja bermakna ujian, tetapi bisa juga bermakna hukuman. Istighfar itu memohon ampunan dosa dan menawar sehingga hukuman itu tidak menimpa.

Seperti kisah kawan akrab Hasan Basri yang ditanya muridnya yang singgah membawa masalahnya. Seorang murid mengadukan sekian lama menikah tidak langsung meraih keturunan. Murid yang lain mempertanyakan tanah pertaniannya yang kering kerontang akibat kemarau tidak tersedia hujan sehingga tidak bisa menanam. Seorang yang lain mengaku dililit hutang. Tapi jawaban kawan akrab alim ini cuma satu, yakni istighfar https://qurbannusantara.com/ .

Kedua adalah memperbanyak sedekah. Sedekah adalah tolak balak yang ampuh. Seperti diungkap HR Tabrani bahwa sedekah itu adalah tolak balak. Mengutip tulisan ulama Hari Nurdi yang mengatakan bahwa sedekah itu bertarung di langkasa melawan turunnnya balak atau bencana itu lagi ke langit. Sedekah itu bisa jadi layanan membuang sifat kecintaan dunia yang berlebihan. Kecintaan dunia yang berlebihan itu adalah nafsu yang membiarkan manusia dan berjarak bersama Tuhannya sekaligus pengundang datangnya bencana.

Baca Juga:  PMI Bantah Beri Vaksin Ke Pejabat Pemkab Klaten
Ketiga adalah memperbanyak doa dan dzikir untuk mengingat Tuhan. Sejarah perjalanan Jenderal Besar Sudirman mewariskan pelajaran luhur. Ketika malam gulita tempat tinggal beliau dikepung tentara Belanda lengkap bersama senjata di tangan, seolah tidak tersedia area sejengkal untuk bersembunyi. Ditengah sakit kanker paru yang diderita, tak barangkali lagi sang jenderal yang pernah jadi guru ngaji ini untuk berlari. Maka beliau cuma bisa bersembunyi di selokan berlindung dibalik semak belukar yang tersedia sambil berdzikir dan berdoa.
Tentara Belanda lalu lalang terjadi kira-kira semak. Andaikan pahlawan kelahiran Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga 24 Januari 1916 itu batuk, maka habis udah sejarah beliau ditangkap atau pun dibunuh. Tapi Tuhan berkenan menolongnya. Tentara Belanda seolah dibutakan matanya dan selama beliau bersembunyi dibalik semak. Jenderal Besar yang wafat 29 Januari 1950 dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta itu selamat berasal dari ancaman tentara Belanda karena perlindungan Tuhan berkat doa dan dzikir yang selalu membasahi bibirnya pagi dan petang.